Fluent Fiction - Indonesian: Chili Mishap: Laughter at Pak Slamet's Cafe
Find the full episode transcript, vocabulary words, and more:
fluentfiction.org/chili-mishap-laughter-at-pak-slamets-cafe
Story Transcript:
Id: Di sudut yang ramai dari pasar tradisional kota kecil, berdiri sebuah warung yang selalu penuh dengan tawa dan canda.
En: In the bustling corner of the small town's traditional market, stands a café always filled with laughter and chatter.
Id: Warung ini milik Pak Slamet, tempat orang-orang berkumpul untuk menikmati berbagai macam makanan khas daerah.
En: This café belongs to Pak Slamet, a place where people gather to enjoy various local delicacies.
Id: Suasana hangat menyambut siapa saja yang datang, dan hari itu, tiga sahabat, Budi, Rani, dan Agus, memilih duduk di warung itu untuk melepas lelah setelah berkeliling pasar.
En: A warm atmosphere welcomes anyone who comes, and that day, three friends, Budi, Rani, and Agus, chose to sit in the café to unwind after strolling through the market.
Id: Budi, seorang pemuda yang selalu ceria, memesan nasi goreng spesial, sedangkan Rani dan Agus memilih soto ayam yang terkenal lezat di warung itu.
En: Budi, a cheerful young man, ordered a special fried rice, while Rani and Agus chose the famous delicious chicken soup from the café.
Id: Mereka duduk sambil mengobrol tentang hal-hal sepele yang membuat mereka tertawa.
En: They sat chatting about trivial matters that made them laugh.
Id: Tidak lama setelah makanan datang, Budi melihat sesuatu di piringnya yang tampak seperti buah kecil berwarna merah cerah.
En: Not long after the food arrived, Budi noticed something on his plate that looked like small bright red fruit.
Id: Dengan polosnya, dia mengira ini adalah buah manis yang biasa disajikan sebagai pelengkap.
En: Naively, he thought it was sweet fruit usually served as a complement.
Id: Tanpa berpikir panjang, Budi memasukkan "buah" itu ke dalam mulutnya tanpa menyadari bahwa itu sebenarnya adalah cabai rawit, salah satu jenis cabai paling pedas.
En: Without much thought, Budi put the "fruit" into his mouth without realizing that it was actually a bird's eye chili, one of the spiciest types of chili.
Id: Detik berikutnya, wajah Budi berubah warna menjadi merah menyala.
En: The next moment, Budi's face turned bright red.
Id: Dia batuk-batuk, air mata mengalir deras, dan dia mulai mencari-cari air putih sambil mengipas-ngipas mulutnya yang terasa bakar.
En: He coughed, tears streamed down, and he started searching for water while fanning his burning mouth.
Id: Rani dan Agus tidak bisa menahan tawa melihat reaksi Budi yang tak terduga.
En: Rani and Agus couldn't hold back their laughter at Budi's unexpected reaction.
Id: "Cabai itu, Budi!
En: "That's chili, Budi!
Id: Bukan buah manis!
En: Not sweet fruit!"
Id: " teriak Agus sambil tergelak.
En: Agus yelled amidst laughter.
Id: Budi, yang masih berusaha menenangkan lidahnya yang terasa seperti terbakar, akhirnya tersenyum getir dan ikut tertawa lepas, meski air mata masih membasahi pipinya.
En: Budi, still trying to calm his burning tongue, eventually smiled wryly and joined in the laughter, although tears still wet his cheeks.
Id: Pak Slamet, sang pemilik warung, segera mendekati dengan gelas berisi es kelapa muda, tahu bahwa itu adalah penawar terbaik untuk rasa pedas yang tak tertahankan.
En: Pak Slamet, the owner of the café, quickly approached with a glass of young coconut ice, knowing it was the best antidote for the unbearable spiciness.
Id: Sembari menyesap es kelapa muda, Budi mengakui bahwa dia terlalu sembrono dan kurang waspada.
En: As he sipped the young coconut ice, Budi admitted that he had been careless and less vigilant.
Id: Rani dan Agus tetap tertawa, tapi sekarang mereka juga merasa lega melihat Budi sudah tidak dalam keadaan kesusahan.
En: Rani and Agus continued to laugh, but now they also felt relieved seeing Budi no longer in distress.
Id: Momen itu segera menjadi cerita yang tidak akan pernah mereka lupakan.
En: That moment soon became a story they would never forget.
Id: Setiap mereka kembali ke warung Pak Slamet, tawa selalu pecah ketika mereka mengingat kenangan tersebut.
En: Every time they returned to Pak Slamet's cafe, laughter always erupted as they recalled the memory.
Id: Meskipun Budi sempat mengalami insiden yang tidak mengenakkan, mereka semua menemukan makna penting dari kejadian itu: bahwa tawa dan persahabatan yang tulus dapat mengubah bahkan situasi yang pedas menjadi kenangan yang manis dan berharga.
En: Although Budi had experienced an unpleasant incident, they all found the important meaning of that event: that genuine laughter and friendship can turn even spicy situations into sweet and precious memories.
Vocabulary Words:
- bustling: ramai
- traditional: tradisional
- market: pasar
- café: warung
- laughter: tawa
- chatter: canda
- gather: berkumpul
- local: khas daerah
- delicacies: makanan khas
- atmosphere: suasana
- unwind: melepas lelah
- strolling: berkeliling
- cheerful: ceria
- fried rice: nasi goreng
- chicken soup: soto ayam
- trivial: sepele
- bright red: merah cerah
- fruit: buah
- complement: pelengkap
- naively: dengan polosnya
- bird's eye chili: cabai rawit
- spiciest: paling pedas
- turned bright red: berubah warna menjadi merah menyala
- coughed: batuk-batuk
- tears streamed down: air mata mengalir deras
- searching: mencari-cari
- water: air putih
- burning: terasa bakar
- laughter erupted: tawa selalu pecah
- relieved: merasa lega